Rabu, 07 Desember 2011

Yahudi bukan Israel dan Yahudi bukan Zionis!


JIKA Anda sering googling tentang Yahudi dan Israel, Anda pasti pernah mendengar situs jewsagainstzionism.com dan jewsnotzionists.org. Kedua situs tersebut merupakan wujud dari keseriusan banyak orang Yahudi atau komunitas pecinta Yahudi untuk mengatakan pada dunia bahwa Yahudi bukan Israel, dan Yahudi bukan Zionis.

Di Indonesia, seperti di banyak negara lain, Yahudi, Israel dan Zionisme memang seringkali dicampur-adukkan. Kesalahan ini diduplikasi dan dimultiplikasi begitu saja. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu. Yahudi bukanlah Israel, apalagi Zionisme. Yahudi adalah bangsa dan agama, sementara Israel adalah sebuah negara.

Bahwa Israel adalah negara impian Zionisme yang didirikan oleh dan untuk orang-orang Yahudi, iya. Tapi tidak semua orang Yahudi setuju dengan ide zionisme dan mendukung pendirian negara Israel. Yang jelas, Yahudi bukan negara Israel yang kejam itu.

kampung halamam

kampung

GUNUNG MASURAI (2.980 m dpl)

Gunung ini berada di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), tepatnya di dusun Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau dengan ketinggian 2.980 mdpl, 110 km dari sebelah barat bangko atau 370 km dari kota jambi, mempunyai panorama indah, pada bagian puncak terdapat 2 danau vulkanik,yaitu danau kumbang dan danau mabuk. Dusun Sungai Lalang adalah titik awal pendakian. Dusun ini dapat dicapai dengan menumpang kendaraan umum dari Pasar Bawah Bangko selama 5 jam perjalanan. Ongkosnya, sekitar Rp 15.000.

Dari pinggir jalan dusun, kegagahan puncak Masurai tampak jelas. Tentu ini memancing semangat pendakian. Kadang-kadang energi berlebihan memunculkan kecerobohan. Buktinya, mencari pintu masuknya saja tak mudah. Itu sebabnya, persiapan matang mutlak diperlukan.
Home Stay – Pintu Rimba

Lintasan yang paling seru dan menantang adalah ketika mencoba meraih puncak Masurai di Jambi. Lantaran jarang didaki, jalur tak begitu kentara. ”perjalanan menuju pintu rimba (batas hutan dengan ladang penduduk) saja susah setengah mati. Waktu tempuh menuju pintu rimba yaitu 2 jam.




Pintu – Shelter 1

Perjalanan menuju TOP Masurai harus melewati lahan perladangan masyarakat, pintu rimba, shelter 1, danau mabuk, puncak 1, danau kumbang, dan shelter 2. Selanjutnya dari pintu rimba menuju shelter 1 membutuhkan waktu tempuh 3 jam dengan melewati semak belukar. Kondisi jalur yang kurang begitu jelas.
Shelter 1 – Puncak 1

Dari shelter 1 menuju puncak 1 membutuhkan waktu tempuh 2 jam. Kondisi alam dengan keadaan hutan lembab menjadi cirri khas gunung ini. Sebelum puncak 1, harus melewati simpangan danau mabuk. Untuk mencapai danau mabuk membutuhkan waktu 2 jam. Konon katanya danau ini susah untuk dituju, bahkan memerlukan waktu lebih dari 5 jam hal ini dikarenakan mistik yang masih kuat. ”kata penduduk setempat”.

Puncak 1 – Danau Kumbang

Dari puncak 1 menuju danau kumbang berjalan 20 menit untuk tiba di danau ini yang sekaligus menjadi tempat peristirahatan (ngecamp) dengan pemandangan danau membentang persis dihadapan dome berdiri. Gumpalan FP menyarankan sebelum pemuncakan sebaiknya ngecamp di danau kumbang ini.

Danau Kumbang – Shelter 2

Dari danau kumbang menuju puncak harus melewati shelter 2 dengan waktu tempuh 1 jam. Track yang dilewati relatif datar melewati tetumbuhan lumut. keadaan hutan yang lebat belum banyak campur tangan oleh manusia.
Shelter 2 – TOP Masurai
Dari shelter 2 menuju TOP Masurai membutuhkan waktu 1 jam. Kondisi jalur menuju TOP Masurai melewati jalur akar denagn keadaan sekitar tergolong lembab. Di sekeliling TOP Masurai terdapat semak-semak dengan tinggi berkisar 2 meter. Keadaan alam lembab. (G.X.080.SM)

perbedaan KTSP dan KBK dari prinsipnya

APA PERBEDAAN KBK DAN KTSP
Jika dilihat dari definisinya sebenarnya perbedaan esensial antara KBK dan KTSP tidak ada, keduanya sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Perbedaannya nampak pada teknis pelaksanaannya. Jika KBK disusun oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas (c.q. Puskur); sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing, dalam hal ini sekolah yang bersangkutan, walaupun masih tetap mengacu pada rambu-rambu nasional Panduan Penyusunan KTSP yang disusun oleh badan independent yang disebut BSNP.

Jika dilihat dari prinsipnya, KBK dan KTSP mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip KBK yaitu:
Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur Penguatan integritas nasional Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestetika Kesamaan memperoleh kesempatan Abad pengetahuan dan teknologi informasi Pengembangan kecakapan hidup Belajar sepanjang hayat Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
 

Prinsip KTSP adalah sebagai berikut:
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Beragam dan terpadu Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Relevan dengan kebutuhan kehidupan Menyeluruh dan berkesinambungan Belajar sepanjang hayat Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

gerakan mahasiswa

Quo Vadis Gerakan Mahasiswa? Ditulis oleh Arlian Buana Chrissandi    Gerakan mahasiswa di Indonesia diakui banyak pihak memiliki kekuatan yang hebat dalam menentukan arah bangsa. Namun dewasa ini, banyak pihak yang menilai gerakan mahasiswa tidak lagi murni berangkat dari idealisme. Gerakan mahasiswa sering ditunggangi kepentingan kelompok tertentu.

Tidak diragukan lagi kontribusi pemuda dan mahasiswa dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Begitu pula sumbangsih mereka dalam mengawal pelaksanaan  pemerintahan. Sejarah  mencatat berbagai peristiwa besar yang mendemonstrasikan heroisme pemuda. Sampai-sampai seorang Indonesianis, Ben Anderson, berani mengatakan “sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya”.

Gerakan Mahasiswa dalam Berita
Dalam beberapa minggu terakhir, epik cicak vs buaya menjadi isu yang paling mendominasi pemberitaan media massa. Kemudian dilanjutkan dengan centurygate. Dan hampir setiap hari, media memberitakan beragam aksi massa dari berbagai organisasi kemahasiswaan.

Sekilas kita akan  mendapatkan gambaran tentang Bung Karno dan Bung Hatta muda dalam barisan aksi mendukung KPK. Kita percaya bahwa para mahasiswa tersebut terpanggil hati nuraninya untuk membela dan menegakkan keadilan di negeri ini. Kita yakin mereka sudah sangat muak dengan mafia peradilan dan tindak korupsi. Tapi apa lacur, di lapangan ditemukan fakta bahwa mereka rela berpanas-panas berdemonstrasi bukan karena cita-cita mulia pengentasan korupsi. Melainkan karena uang yang dijanjikan dan dikantongi, yang padahal jumlahnya tidak seberapa.

Tentu tidak semua mahasiswa berdemonstrasi karena uang. Masih ada titisan Soe Hok Gie yang terselip di barisan. Namun secara umum, kita dapat melihat perilakunya dari organisasi kemahasiswaan yang ada. Hampir setiap organisasi kemahasiswaan yang besar, memiliki senior di pemerintahan dan lembaga perwakilan. Uang dan kepentingan para senior inilah yang seringkali harus mencederai idealisme.


Reaksioner dan Visioner
Dekadensi Gerakan mahasiswa yang ditumpangi kepentingan ini,  diantaranya karena mahasiswa dewasa ini cenderung reaksioner. Mahasiswa yang memegang teguh  idealisme  pun seringkali harus jatuh  reaktif,  jatuh pada lubang horizon jangka pendek.

Misalnya dalam kasus cicak vs buaya, mahasiswa lebih sering menuntut dibebaskannya Bibit-Chandra daripada mendesak reformasi sistem peradilan di Indonesia. Padahal visi besarnya adalah pembenahan sistem peradilan yang tidak boleh lagi melukai rasa keadilan rakyat. Dan dalam banyak kasus,  respons yang dilemparkan gerakan mahasiswa lebih banyak respons reaktif. Sehingga lebih banyak gagal secara substansi. Contohnya ketika kenaikan harga BBM.

Padahal gerakan pemuda dan mahasiswa pada zaman perjuangan menuju kemerdekaan dapat dijadikan cerminan. Kita dapat menapaktilasi bagaimana luar biasa visionernya pemuda bernama Soekarno, Hatta beserta kawan-kawan seperjuangannya. Gerakan pada masa itu bukan hanya reaksi atas pemerintahan kolonial Hindia Belanda, tapi juga disertai sebuah visi besar bernama Indonesia. Sehingga respons mereka terhadap kejadian-kejadian penting pada masa itu adalah respons kreatif. Seperti kompromi-kompromi dengan tentara Jepang untuk hal-hal yang jauh lebih besar, yaitu kemerdekaan.

Tantangan Zaman
Lain daripada itu, organisasi kemahasiswaan di Indonesia dihadapkan dengan tantangan zaman yang semakin mengglobal. Salah satu ciri dari zaman yang akan datang adalah tuntutan terhadap seseorang atau kelompok untuk memiliki identitas dan spesialisasi peran (Alexander Wendt: 1999).  

Meskipun belum terang benar distingsinya, organisasi kemahasiswaan di Indonesia memiliki identitas yang cukup jelas. Namun sayangnya, organisasi-organisasi tersebut belum memiliki spesialisasi peran. Padahal ke depan, Organisasi seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan lain-lain harus memiliki peran dan peranan khusus jika tetap ingin unjuk gigi.

Secara kasat mata, kita dapat melihat gejala zaman ini dari kecenderungan organisasi-organisasi non-pemerintah (LSM) yang lebih banyak bermain segmentasi isu agar memiliki peran spesial. Misalnya Indonesia Corruption Watch (ICW) yang concern pada isu korupsi, atau WALHI dan Greenpeace yang bicara mengenai isu-isu lingkungan hidup. Kita tentu boleh bertanya; Apakah organisasi seperti PMII memiliki data-data valid yang lengkap mengenai korupsi di Indonesia?  Jawabannya pasti tidak dan kita akan segera merujuk pada ICW.

Respons kreatif dan respons reaktif memang beda-beda tipis. Dan kecenderungan gerakan mahasiswa dewasa ini yang lebih reaktif nampaknya disebabkan oleh penguasaan terhadap masalah yang setengah-setengah. Sehingga menghambat gerakan-gerakan tersebut untuk memiliki visi besar tentang bangsa ini. Karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan, gerakan-gerakan mahasiswa berpotensi untuk disulut dan kendalikan kepentingan kelompok tertentu.

PMII, HMI, IMM dan organisasi-organisasi lain tentu tak ingin punah tergerus zaman. Untuk itu, organisasi-organisasi tersebut harus pandai-pandai menjawab tantangan zaman. Sementara, mengubah organisasi-organisasi kemahasiswaan menjadi LSM yang bergerak dalam satu isu (bidang) pun rasanya tidak mungkin. Maka tawaran terbaiknya adalah, organisasi-organisasi mahasiswa harus mampu mendidik kader-kadernya agar memiliki spesialisasi, expert dan tersebar di berbagai bidang.

Dengan banyak kader yang memiliki pengetahuan dan kemampuan khusus yang lengkap, gerakan mahasiswa akan jauh lebih baik dan memiliki visi besar untuk membangun bangsa ini. Dan semoga tidak lagi jatuh pragmatis dan reaktif.